Profil Desa Wonosido

Ketahui informasi secara rinci Desa Wonosido mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Wonosido

Tentang Kami

Profil Desa Wonosido, Pituruh, Purworejo. Mengungkap pesona alam dataran tinggi, potensi agrowisata Curug Silangit, dan model ekonomi unik berbasis perkebunan sebagai surga tersembunyi di ujung utara Kabupaten Purworejo.

  • Destinasi Wisata Alam Unggulan

    Menjadi rumah bagi Curug Silangit, sebuah air terjun memesona yang menjadi magnet utama pariwisata di Kecamatan Pituruh.

  • Lumbung Perkebunan Dataran Tinggi

    Perekonomian desa ditopang oleh komoditas perkebunan bernilai tinggi seperti cengkeh, kopi, dan kapulaga, yang tumbuh subur di iklim sejuk perbukitan.

  • Gerbang Utara Purworejo

    Berlokasi strategis di perbatasan dengan Kabupaten Kebumen, desa ini memiliki karakteristik geografis dan iklim yang unik dibandingkan wilayah lain di Purworejo.

XM Broker

Berada di titik paling utara Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Desa Wonosido menjelma sebagai sebuah anomali yang menawan. Ketika sebagian besar wilayah Purworejo dikenal dengan hamparan sawah dataran rendahnya, Wonosido justru menawarkan panorama perbukitan yang hijau, berhawa sejuk dan menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Desa ini bukan hanya merupakan sebuah entitas administrasi, melainkan sebuah destinasi yang memadukan keaslian alam dengan potensi agraris dan pariwisata, menjadikannya salah satu permata tersembunyi yang kini mulai bersinar di kancah regional.

Geografi Dataran Tinggi di Ujung Utara Purworejo

Secara geografis, Desa Wonosido terletak di kawasan dataran tinggi dengan topografi bergelombang yang didominasi oleh perbukitan dan lembah-lembah subur. Lokasinya yang terpencil, berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kebumen di sebelah utara, memberikan desa ini karakteristik yang khas. Iklimnya cenderung lebih sejuk dan basah dibandingkan desa-desa lain di Kecamatan Pituruh, menciptakan habitat ideal bagi flora dan fauna spesifik dataran tinggi.Luas wilayah Desa Wonosido tercatat sekitar 4,52 kilometer persegi (452 hektare). Sebagian besar lahannya merupakan kawasan perbukitan yang dimanfaatkan sebagai hutan rakyat dan lahan perkebunan. Hanya sebagian kecil wilayahnya yang berupa lahan persawahan, umumnya menggunakan sistem terasering atau sengkedan untuk menyesuaikan dengan kontur tanah yang miring.Batas-batas wilayah Desa Wonosido secara rinci sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kebumen.

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pamriyan.

  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kaligintung.

  • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Somogede.

Struktur geologis perbukitan ini kaya akan sumber mata air yang menjadi hulu bagi beberapa anak sungai. Keberadaan sumber air yang melimpah inilah yang kemudian membentuk fenomena alam paling ikonik di desa ini, yaitu air terjun atau curug, yang paling terkenal ialah Curug Silangit.

Demografi dan Kehidupan Masyarakat Adaptif

Berdasarkan data kependudukan terbaru, Desa Wonosido dihuni oleh sekitar 1.250 jiwa. Dengan luas wilayah yang mencapai 4,52 km², tingkat kepadatan penduduknya tergolong rendah, yakni hanya sekitar 276 jiwa per kilometer persegi. Pola permukiman penduduk cenderung mengelompok di area yang lebih landai dan mudah diakses, membentuk dusun-dusun kecil yang dihubungkan oleh jalanan menanjak dan berkelok.Masyarakat Desa Wonosido merupakan cerminan komunitas yang tangguh dan adaptif terhadap lingkungan alamnya. Sejak turun-temurun, mereka telah terbiasa hidup berdampingan dengan alam perbukitan, mengembangkan kearifan lokal dalam mengolah lahan miring dan menjaga kelestarian sumber daya air. Mata pencaharian utama penduduknya bukan petani padi, melainkan petani kebun atau pekebun. Kehidupan mereka sangat bergantung pada siklus panen komoditas perkebunan yang menjadi tulang punggung ekonomi desa.Karakter masyarakat yang guyub dan sarat akan semangat gotong royong menjadi modal sosial yang kuat. Interaksi sosial yang erat antarwarga terjalin melalui berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan keagamaan di masjid dan mushala hingga kerja bakti untuk merawat jalan desa atau fasilitas umum lainnya.

Ekonomi Berbasis Perkebunan dan Magnet Wisata Alam

Perekonomian Desa Wonosido berdiri di atas dua pilar utama yang saling menguatkan: sektor perkebunan dan sektor pariwisata yang sedang tumbuh pesat. Keduanya berbasis pada keunggulan sumber daya alam yang dimiliki desa.Sektor perkebunan merupakan tulang punggung ekonomi tradisional. Lahan-lahan di perbukitan Wonosido menjadi rumah bagi berbagai komoditas bernilai ekonomi tinggi. Cengkeh merupakan salah satu komoditas andalan utama, yang saat panen raya tiba akan memberikan keuntungan finansial yang signifikan bagi para petani. Selain cengkeh, tanaman kopi jenis robusta juga banyak dibudidayakan dan diolah secara sederhana di tingkat rumah tangga. Komoditas lain yang turut menopang pendapatan warga ialah kapulaga, kelapa, serta aneka buah-buahan seperti durian dan manggis yang terkenal memiliki kualitas unggul.Pilar ekonomi kedua, yang menjadi motor penggerak baru, ialah pariwisata alam. Pesona utama yang menarik pengunjung dari berbagai daerah ialah Curug Silangit. Air terjun ini menawarkan keindahan alam yang masih sangat asri, dengan air jernih yang mengalir di antara tebing bebatuan dan rimbunnya vegetasi hijau. Keberadaan Curug Silangit telah membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Warga lokal, yang sering kali dikoordinasikan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) atau Karang Taruna, mengelola area parkir, mendirikan warung-warung sederhana yang menjual makanan dan minuman, serta menawarkan jasa pemandu. Efek ganda dari pariwisata ini secara langsung meningkatkan pendapatan warga di luar sektor perkebunan.

Tantangan Pembangunan dan Peluang Agrowisata

Sebagai desa di wilayah dataran tinggi, Wonosido menghadapi serangkaian tantangan yang spesifik. Aksesibilitas menjadi salah satu tantangan utama. Kondisi jalan yang menanjak dan rawan mengalami kerusakan saat musim hujan dapat menjadi kendala bagi mobilitas warga maupun wisatawan, serta distribusi hasil perkebunan. Selain itu, risiko bencana alam seperti tanah longsor juga menjadi ancaman laten yang membutuhkan upaya mitigasi berkelanjutan. Dari sisi ekonomi, fluktuasi harga komoditas perkebunan di pasar sering kali berada di luar kendali petani, sehingga diperlukan strategi untuk meningkatkan nilai tambah produk di tingkat desa.Namun di balik tantangan tersebut, terbentang peluang pengembangan yang sangat besar, terutama dalam konsep agrowisata terpadu. Wonosido memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk menjadi destinasi agrowisata premium. Pengembangan ini tidak hanya berfokus pada kunjungan ke Curug Silangit, tetapi juga menawarkan pengalaman yang lebih kaya. Wisatawan dapat diajak untuk mengikuti tur kebun, belajar proses memetik cengkeh atau mengolah biji kopi secara tradisional. Produk-produk lokal seperti kopi bubuk Wonosido atau gula aren dapat dikemas secara profesional dan dijual sebagai oleh-oleh khas. Pembangunan homestay atau pondok wisata yang dikelola oleh warga juga dapat memberikan pengalaman menginap yang otentik sekaligus menambah sumber pendapatan masyarakat.

Penutup

Desa Wonosido merupakan bukti nyata bahwa potensi sebuah wilayah tidak selalu harus diukur dari luasnya lahan persawahan. Dengan keunggulan geografisnya sebagai dataran tinggi yang subur dan indah, Wonosido berhasil membangun identitasnya sendiri sebagai lumbung perkebunan dan destinasi wisata alam andalan di Kabupaten Purworejo. Transformasinya dari sebuah desa agraris yang sunyi menjadi pusat perhatian wisatawan menunjukkan dinamika dan kemampuan adaptasi masyarakatnya. Ke depan, kunci keberhasilan Wonosido terletak pada kemampuan untuk menyeimbangkan pengembangan pariwisata secara masif dengan upaya konservasi alam dan pelestarian kearifan lokal, memastikan bahwa pesona "surga tersembunyi" ini tetap lestari untuk generasi-generasi yang akan datang.